Jun 15, 2008

Hi There

Welcome To Komering's Blog
 Hope You'll Enjoyed

This blog is the latest blog after the first address Komering we deactivated .... but komering's blog will be active again with this new address ...

thank you for visiting and please give your comments on all posts ....
Your input and constructive criticism we needed ...


thank you very much


Komering

Jun 13, 2008

Beautiful I

Di sumatera selatan sendiri ada berbagai macam suku yaitu Suku Ogan, Suku Komering, Suku Ranau, Suku Kisam, Suku Daya, Suku Aji, Suku Musi, Suku Rawas, Suku Beliti, Suku Banyuasin, Suku Kikim, Suku Semendo, dan Wong Palembang (Taqwa, 1997:18).
Khusus untuk Wong Palembang yang berdiam di dalam kota Palembang, mereka adalah sisa-sisa kerabat bangsawan Kasultanan Palembang, di mana kerajaan ini telah lama dihapuskan oleh kolonialis Belanda.
Sedangkat suku komering berasal dari nama sebuah sungai yang membentang sepanjang wilayah yang dikenal dengan anama sungai atau wilayah komering, Melalui sungai itulah aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi mudah dilakukan. Secara tradisi masyarakat mengidentifikasikan dirinya berdasar pola tempat tinggal mereka yang berada di sekitar aliran sungai. Masyarakat atau suku Komering adalah masyarakat yang tinggal di sekitar aliran Sungai Komering. Begitu pula suku Ogan adalah masyarakat yang bermukim di pinggir Sungai Ogan, suku Musi bermukim di sekitar Sungai Musi, suku Rawas bermukim disekitar Sungai Rawas. Tradisi masyarakat ini kemudian mengalami perubahan sosial seiring masuknya perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam pertambangan atau perkebunan.
walaupun stigma yang selalu melekat pada masyarakat komering sangat kental akan watak dan perangai yang keras dan tempramental,hal ini banayak di jumpai dalam hampir setiap literatur dan ada dalam perbincangan baik secara forum yang resmi dan non formal,
Berbagai penelitian mengungkapkan banyak faktor yang mengakibatkan “STIGMA” itu terus berkembang dan menjadi momok tersendiri bagi masyarakat komering, sebagai contoh kadang kala orang komering sendiri akan menyangkal asal daerahnya ketika di tanya dari daerah mana dia berasal, entah karena kebetulan atau memang seperti itu “tanggapan”orang tentang eksistensi komering sendiri.
Dari berbagai pendapat yang keluar dan muncul dipermukaan sesungguhnya ada nilai yang sangat indah yang dimiliki komering,mulai dari cara hidup maupun keseharian serta adat kebiasaan yang selalu dipegang oleh orang komering.
Keunikan ini tercermin dalam pernikahan yang pada umumnya terjadi pada orang komering, ada 3 (tiga) bagian makan-makan (semacam resepsi) selain tamu yaitu pihak yang dituakan (khusus laki-laki), wanita (telah menikah biasanya yang mebantu gotong royong) dan yang ketiga adalah pemuda dan pemudi semua peralatan makan mulai dari piring hingga lauk pauk mulai dari setting meja hingga pembersihan alat-makan biasanya diprakarsai oleh pemuda dan pemudi sedangkan wanita (yang telah berkeluarga) pada umumnya memasak. Ajang makan bersama pemuda pemudi juga disebut sebagai ajang mencari jodoh karena pada saat itu ada acara yang dikhususkan bagi kaum muda dan mudi yaitu makan bersama dalam satu “nampan” besar yang biasanya satu nampan untuk 3-4 pemuda yang terpisah dari nampan pemudi tetapi tetap satu ruangan besar, yang tentunya setelah orang-orang yang dituakan makan terlebih dahulu,momen ini sangat ditunggu oleh kaum muda mudi komering,semacam telah menjadi kebiasaan pada masyarakat komering hal ini telah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, inilah yang selalu membuat orang komering merasa dekat dan memiliki tali persaudaraan yang kuat.
Selain hal unik yang terjadi pada saat pernikahan tersebut ada juga kebiasaan masyarakat komering yang masih ada sampai sekarang yaitu kebiasaan GORO (gotong royong) yang dilakukan dengan suka rela tanpa “diupah”, segala aktifitas dalam pernikahan dilakukan secara gotong royong mulai dari mempersiapkan dekorasi rumah pengantin sampai pada tahap pembersihan peralatan,dari GORO yang dilakukan biasanya disertai memasak makanan ringan seperti empek-empek, model,tekwan dan sebagainya yang akan dibagikan kepada orang yang ikut dalam GORO ini,baik makan ditempat maupun dibagikan kerumah-rumah sebagai ucapan terima kasih atas keikuut sertaannya,dan masakan yang akan digunakan untuk tuan rumah sebagai hidangan santap pada hari pernikahan, GORO juga dihadiri oleh pemuda dan pemudi dimana ajang ini juga disebut ajang mencari jodoh yang biasanya beberapa malam sebelum pernikahan berlangsung anak lelaki “menjemput”anak perempuan (dengan modal lampu petromaks keliling kampung) untuk diikut sertakan dalam kegiatan GORO yang tentunya harus meminta izin kedua orang tuanya, dan si perempuan hanya akan keluar bila mendapat izin dari orang tuanya biasanya sang ayah dan apabila goro pada malam hari itu telah selesai kewajiban pemuda untuk mengantarkan pemudi sampai bertemu dengan orang tua sipemudi tersebut didepan rumah.
Keunikan yang selalu ada pada masyrakat komering akan selalu mewarnai dan menjadi bahan tulisan penulis.......bagaimana kisah percintaan orang komering, bagaimana asyiknya memetik duku yang pada waktu dahulu digunakan sebagai ajang pencari jodoh

bersambung......
Add to Google Reader or Homepage Add to The Free Dictionary Subscribe in Bloglines Add to My AOL

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls